Belakangan aku sadar. Jilbabku mulai naik. Pertama 3 senti. Lama-lama lebih dari 7 senti.
Kaos kaki. Tadinya aku punya 5 pasang. Panjang dan tebal. Kini tinggal 2. Yang 3 tak tau rimbanya, tergantikan kaos kaki lucu warna-warni khas anak SMA. Buru-buru atau hujan juga sering jadi alibi untuk absen memakainya.
Manset tangan. Sekarang aku beralasan lengannya sudah panjang. Jadi tidak usah kupakai. Padahal aku tau kalo aku angkat tangan, tanganku kelihatan.
Suatu hari aku membuka lemari dan kutemukan baju-baju masa muda (sekarang tua?). Kulihat diriku di sebuah cermin besar. Dengan baju-baju itu. Masih cukup, bahkan sekarang lebih fit kelihatannya. Kurasakan betapa dahsyatnya syaiton mengubah persepsiku tentang "cantik"
Aku menemukan keasikan baru: merekam suara yang rencananya akan dimasukkan soundcloud. Yang lagi nge-hits itu.
Padahal dulu aku meyakini ayat yang intinya: jangan melembut-lembutkan suara di depan non-muhrim dan hadist yang melarang bernyanyi di depan non-muhrim.
Wisuda kakak ku kemarin, aku coba tampil beda. Berharap lebih chic. Lumayan ribet. Belit sana-belit sini, tumpuk-sabet ke belakang-peniti. Fuh.
Sampai sana, awalnya aku antusias. Foto yuk foto? Ayo..
Lalu aku duduk. Sambil menikmati semangkuk bakso. Tepat lurus di seberangku, duduk seorang wanita seumuran denganku, Gayanya sederhana. Jilbabnya panjang lewat pinggang. Menjuntai dengan ikhlas. Gaunnya polos, tak luput dari keanggunan. Suapanku melambat sekian menit.
Aku mogok di sesi foto-foto selanjutnya.
Kaos kaki. Tadinya aku punya 5 pasang. Panjang dan tebal. Kini tinggal 2. Yang 3 tak tau rimbanya, tergantikan kaos kaki lucu warna-warni khas anak SMA. Buru-buru atau hujan juga sering jadi alibi untuk absen memakainya.
Manset tangan. Sekarang aku beralasan lengannya sudah panjang. Jadi tidak usah kupakai. Padahal aku tau kalo aku angkat tangan, tanganku kelihatan.
Suatu hari aku membuka lemari dan kutemukan baju-baju masa muda (sekarang tua?). Kulihat diriku di sebuah cermin besar. Dengan baju-baju itu. Masih cukup, bahkan sekarang lebih fit kelihatannya. Kurasakan betapa dahsyatnya syaiton mengubah persepsiku tentang "cantik"
Aku menemukan keasikan baru: merekam suara yang rencananya akan dimasukkan soundcloud. Yang lagi nge-hits itu.
Padahal dulu aku meyakini ayat yang intinya: jangan melembut-lembutkan suara di depan non-muhrim dan hadist yang melarang bernyanyi di depan non-muhrim.
Wisuda kakak ku kemarin, aku coba tampil beda. Berharap lebih chic. Lumayan ribet. Belit sana-belit sini, tumpuk-sabet ke belakang-peniti. Fuh.
Sampai sana, awalnya aku antusias. Foto yuk foto? Ayo..
Lalu aku duduk. Sambil menikmati semangkuk bakso. Tepat lurus di seberangku, duduk seorang wanita seumuran denganku, Gayanya sederhana. Jilbabnya panjang lewat pinggang. Menjuntai dengan ikhlas. Gaunnya polos, tak luput dari keanggunan. Suapanku melambat sekian menit.
Campur aduk.Aku tak kan pura-pura lupa.
Bagaimana Allah "menyentuh"ku setahun kemarin.Aku ingat persis di lembar Al-qur'an mana-mana saja, yang jadi keriting karna airmataku.Aku ingat bagaimana aku memulainya.Yang pasti, hidayah Allah kala itu menemaniku di masa-masa tersulit.
Aku mogok di sesi foto-foto selanjutnya.
- "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam islam secara keseluruhan. Dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu" (Al-Baqarah : 208)
Secara kaffah. Ha? Tapi.. (Iya, aku tau tapi setidaknya berusahalah)
Istiqomah. Allah paling suka.
Muhammad bin Munkadir, seorang tabi’in, berkata, “Aku bersungguh-sungguh berupaya untuk istiqomah dan aku baru berhasil setelah 40 tahun lamanya”