Aku berharap setelah menulis ini, aku mau lebih memfungsikan otak-ku yang mitos ilmiahnya cuma dipake 10% dari kemampuan asli.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menyenangkan sekali melihat proses hijrah seseorang.
Masa-masa pencarian.
Pertama mungkin skeptis, lalu melihat celah yang bikin ingin tahu, mengamati. membaca. bertanya.
Nah pada poin 'banyak pertanyaan' inilah mudah-mudahan kita dipertemukan dengan orang yang tepat sebagai perantara hidayah Allah.
Aku dua kali diajak diskusi soal Islam sama dua orang yang secara outer rebel dan serasa di jidatnya ada label "Hidup gue, cara gue."
Dan dua kali pula aku banyak diam. Terlalu ceper ilmuku untuk menyampaikan makna terselubung dari kalam-kalam Illahi. Mungkin saatnya aku bilang, aku malu pada jilbabku. I mean, my commitment.
Dulu, waktu berada di titik balik, aku banyak menyerap. Seperti sponge yang diberi setetes sabun lalu berbuih cantik. Meng-eksplor sendiri.
Aku baca apa saja, ikuti kajian apa saja, aku tak segan bertanya pada siapapun bila tiba-tiba tindakanku meragukan.
Aku pernah nge-post serupa hal ini sebelumnya. Dan ga mau bikin lagi yang kedua kali.
Disini ijinkan aku sebagai pengamat saja ya.
Aku melihat mereka sebagai sosok yang menarik, cerdas, humoris, out of the box bahkan cara mereka kadang susah diterima orang lain.
Mereka bagai hidup di Undang-Undang mereka sendiri. Tertawa pun hanya mereka yang tau dimana letak lucunya.
Tapi tak jarang mereka melakukan hal-hal ciamik, heroik yang dipilih ketika orang lain serempak putar arah.
Coba, sesekali kalo ketemu orang macam ini.. ajak duduk bareng. Ga harus bikinin teh atau capuccino.
Biarin mereka ngoceh. Biasanya mereka komen macem liriknya Iwan Fals yang kritis, dan bertanya tentang fenomena hidup persis balita yang ada di golden period.
Dan bersiaplah, ketika mereka tanya soal Islam.
Kalo anda ditakdirkan sebagai perantara Allah, in shaa Allah kecondongan mereka akan bertambah kuat.
Intinya, orang-orang begini sejatinya punya otak cerdas dan mau diajak mikir dengan kerendahan hati untuk belajar. Rasa ingin tahu mereka tinggi, tapi lingkungan tidak mem-fasilitasi.
Mereka terus bergerak mencari, dengan melihat semua dari nol terlebih dahulu, semua sama rata.
Mereka membuat perjalanan melepas dahaga itu, se-fun mungkin dengan cara mereka.
Mereka menganalisa tiap lonjakan yang semula nol itu.
Dahaga itu hilang bertepatan dengan kembalinya mereka pada rumah mereka, yang disebut fitrah manusia.
Mereka butuh anda.
Yang lebih dahulu dipercaya Allah menemukan fitrah anda.
Semoga kita bisa menjadi sebaik-baik fasilitator.
Teruslah berfikir, lebih dalam dari tetangga anda. Lebih hikmat dari versi anda sebelumnya.
Karena sesungguhnya petunjuk dan peringatan Allah akan sampai pada orang-orang terpilih-Nya.
Nikmat Iman itu infinity nikmat dan yang pasti tak terdustakan saudaraku :))