Untuk seorang wanita yang lebih dari separuh hidupnya menjadi ratu.
Ratu dari seorang Raja Purnama (baca: Poernomo)
Tak mudah memang kehilangan Purnama yang besar dan hangat cahayanya.
Bintang-bintang di sekitarnya pun sebenarnya enggan bercahaya. Tapi mereka mau tak mau tetap bercahaya, agar wanita itu mau memandang ke langit.
Nah, lihat! Langit itu sayang sekali dengan Purnama. Maka dia menyimpan pesonanya di kesempatan indah lain.
Dan sekali lagi, langit sayang sekali dengan Purnama.
Dia meluncurkan matahari pagi sebagai simbol sejuta harapan.
Maka isilah mataharimu dengan ceriamu, dan usahamu.
Kelak langit akan berpihak kembali, pada Purnama-mu...
Ibu, selama ini kau terlalu tegar. Jadi sah-sah saja rasanya jika kau memiliki sedikit waktu untuk tepar.
Tapi kau tau tidak? Ketegaranmu adalah darahku. Jadi jangan lama-lama tepar. Nanti aku kekurangan oksigen dan bisa mati.
*sajak ini adalah wujud lain dari diamku saat Ibu menelepon sore itu, dengan suara parau-nya yang cantik*
26th September 1981 till ~
(unlimited)
amin Ya Rabb
0 komeng:
Posting Komentar