Rabu, 27 Februari 2013

Lamat-lamat aku mendengar suaranya. Sedang konsultasi.
Serak, pelan tapi pengaturan intonasi dan penekanannya masih sekelas Pak Habibie
Aku mengintip sedikit, disitu ada punggung yang semakin jelas tulang-tulangnya.
Lalu aku juntaikan lenganku ke bantalnya.
Sejurus kemudian kurasakan lenganku menghangat. Tangannya menggosok lembut lenganku.
Lama.
Aku memejam kencang, menahan apa yang hampir tumpah di tepian jendela batinku.
Sekuat mungkin aku menahan. Berharap tak ada clue kalau aku sudah terbangun dan mendengar percakapannya di pagi itu.
Aku tau dirinya baik-baik saja.
Dan selalu ingin aku lebih baik dari dirinya.
Kita akan sama-sama di tempat baik, in shaa Allah..
Akan kuusahakan istana itu, melalui keistimewaan waktu Dhuha.

Akan kujumpai dirimu lagi, dalam versi kurus-tinggi, kribo dan bervespa mungkin :)

Aamiin

Sabtu, 09 Februari 2013

KAWAN. jika ada

Untuk menulis ini, aku perlu mencuci 3 potong pakaian juga seperangkat alat pangan.
Ditambah ritual malam: sikat gigi - cuci muka - sholat, mengoleskan minyak telon di tempat-tempat yang sekiranya terlihat segar untuk nyamuk, terakhir mematikan lampu agar cahaya oranye desk lamp khas jalanan bisa terpapar.
Padahal ini sudah jam setengah 1 pagi.
Ah, masih sore ;)
Kalau kata Payung Teduh: malam  terlalu malam. pagi terlalu pagi.

Ohya barusan aku dengar bunyi dentingan gelas kaca milik bakul bandrek.
Rasanya ingin berlari keluar dan memasukannya dalam ramuan hangat malam ini. 

Aku sudah pernah bilang belum ya?
Bakul yang berjualan di malam hari, saat aku melihatnya atau bahkan hanya mendengar suaranya
Rasanya ser-seran dan sulit dijelaskan.

Waktu kecil, ketika rumahku masih di rumah dinas, hampir tiap malam aku beli putu. 
Mamaku sering mengingatkan, kalau putu itu tidak hygienis karna jari-jari abangnya bermain langsung, dan si abang belum tentu cuci tangan sehabis pipis. aduh, mak.
Part favoritku adalah melihat api dan pembuatannya, juga mendengar "nguuuung"nya. Pas makannya sih biasa aja. ga doyan-doyan amat.
Aku ingat, 150 sebiji.
Tidak jarang aku iba melihat si abang yang kurus kering tapi menyungging putu stuff di kedua bahunya.

Suatu hari aku  sengaja  nonton sinema Indosiar tentang Babi Ngepet.
Satu adegannya, wanita menjaga sentir. Itu mirip nuansanya dengan bakul putu.
Dan sejak saat itulah, aku selalu teringat adegan jaga sentir saat melihat bakul putu di malam hari. Nyess

Ehm. Niat awal postingan ini bukan tentang putu. apalagi babi ngepet.
sebenarnya aku ingin mengatakan betapa merindunya aku akan seorang kawan yang koneksi absurdio hippocampi-nya sama.
*plesetan formatio hippocampi, salah satu bagian lobus limbic di otak yang mengatur emosi, hehee

kawan yang mengerti indahnya vintage, retro di jaman sekarang.
kawan yang tidak banyak bertanya "Hah? Maksutnya?" saat aku bercerita hal absurd.
kawan yang tidak menganggapku kaum ekstrimis saat mengetahui prinsip hidupku

Nah, untuk menyampaikan hal-hal itu tadi, aku butuh relax mood.
Gimana bisa relax kalo nengok sedikit liat piring kotor numpuk? Baju kegantung jadi sarang nyamuk? Muka berminyak dan hati tak tenang belom sholat? 

Hem, kawan itu.
Jika kawan itu ada di dunia ini, kira-kira aku bisa menemukannya dimana ya?

Agenda pertama yang kulakukan bersama kawan itu mungkin menjelajah dengan mesin waktu.

>> Kopi Es Tak Kie. Kedai kopi legendaris sejak tahun 1927.

Itu bisa dilakukan sore hari. Agak mendung-gerimis sedikit boleh lah.
Keluar dari situ, kita bisa mampir ke Cemal-Cemil, toko jajanan dan barang-barang nostalgi. Sambil tertawa akan Coklat Jago yang serasa Toblerone di jaman itu, dan harganya yang berlagak dari 300 perak jadi 8ribu.

Rindu Jajanan Jadul? Mampir Saja Kesini!

Habis itu, boleh dong kita nonton film di Bioskop Tua XXI Megaria (Metropole)

Aku pernah ga sengaja masuk ke bioskop ini. Jadi waktu itu Papa di RSCM dan ngidam banget es kelapa muda. Terus ditemenin sama sepupu, aku nyari keluar dan sampailah ke resto Pempek Megaria (yang legendaris juga) dan disitu ada Klamud-nya.
Di deket Pempek Megaria ini ada satu bioskop yang menggelitik rasa ingin tahuku. Trus sepupuku itu nawarin buat liat-liat ke dalem bioskopnya. Bioskop ini dulunya ngetrend di tahun 1950-an


Eh, ternyata.. Bioskop ini adalah tempat syuting Janji Joni. Salah satu film favoritku :)

Atau kalau mau lebih menantang, boleh lah kita ke Bioskop di perempatan Senen.


Sebetulnya bioskop ini sudah sering aku lewati dan aku lempari pertanyaan dalam hati. Aku melewatinya saat otw ke Stasiun Gambir.
Dan sekarang terjawab sudah --> http://jakartaakudatang.blogspot.com/2010/08/gedung-bioskop-di-ujung-senen.html
Setelah baca tuntas link itu, 1 pertanyaan:  "Masih mau?" hahahaaa

Btw, Gambir tambah asyik. Ada live music keroncong milik pemusik Jadoel. Beruntung aku sempat menikmati suguhannya kemarin waktu pulang semesteran. Grup musik ini rupanya tour dari stasiun ke stasiun.


Pulang dari bioskop, kan sudah malam. Saatnya kita bersepeda di Kota Tua~


Kota Tua ini kalo malem katanya mirip jalanan luar negeri. Ya, karna disini isinya gedung-gedung peninggalan Belanda. Tarif sewa sepeda antara 15-25 ribu/jam. 

Fuuh.. selesai juga jalan-jalan kita, kawan :)

Agenda kedua, aku ingin mengajaknya ke Ponpes-nya Aa Gym di Bandung atau Ponpes-nya Ustadz YM.
Tapi pas lagi ada beliau-beliau nya ya. hehe

Hmm, kayaknya makin malam makin skizofren nih.
Punya temen khayalan. Aaaak naujubilah,

Anyway, aku ga sengaja (lagi) nemu satu blog yang isinya senafas banget.
Aku kagum sama cara dia menikmati apa adanya segala sesuatu yang mampir di panca indera-nya, yang pandai mencari makna di setiap peristiwa (sering kebetulan-kebetulan ajaib), dan so pasti passion kuatnya sama hal-hal retro.
Dia sering berburu barang antik, sering datang ke tempat legendaris. Dia seorang penyiar radio.

Yah lebih mudah merealisasikannya mungkin, jika aku sudah punya duit sendiri.
Jalan-jalan menelusur ke tempat-tempat diatas seorang diripun jadi. 

Ini wujud si pemilik blog itu. Maaf ya Mbak, ga pake ijin majangnya hehe :p