Minggu, 12 Januari 2014

Road to CO ASS!

Bukan tulisan yang cukup inspiring untuk pembuka 2014
Bahkan untuk dibaca ulang kapan-kapan, saya ga jamin.

Murni keluar dari lemak jenuh yang saya makan.
Bener juga kata quote-quote tumblr. You are what you eat.

Ya baiklah saya sekarang ada di semester 7, dimana buku-buku udah bau macan kumbang dan kamu mulai ga mengenali kenapa kamu dulu beli buku itu.
Semester ini prognosisnya *ad bonam (insyaAllah) mungkin karna dosen-dosen ingin khusnul khotimah melepas kita ke dunia selanjutnya.
Di semester ini banyak materi-materi menarik yang bikin saya ngerasa ga salah pilih jurusan.

Siapa yang nyangka kalo dokter bakal belajar seluk beluk pistol?
Susunan kepolisian berikut tata cara persidangan yang baik dan benar?
Yang suka Detective Conan juga bisa tersalurkan disini. Sangat bisa.
Tau film Dexter? Ada quote yang bisa disimpulin dari film itu :
The perfect murderer is hell yeah! A forensic man.
Namanya blok MEDIKOLEGAL. Pelajarannya ilmu forensik.
Intinya kalo kamu kemarin nonton wara wirinya berita dr. Ayu di tivi, di blok medikol ini ada dasarnya.

Masyarakat jadi semakin tau kan?
Bedanya kelalaian medis dan kecelakaan medis?
Eh, dr. Ayu itu sekarang gimana kabarnya sih? Cuman tau dari twitter ga pernah nyalain tipi.

Trus ada blok ELEKTIF
Isinya kunjungan kelompok dengan lima bidang pilihan:
1. Kegawatdaruratan --> kasus emergency kunjungan ke UGD
2. Domistic Violence --> kasus KDRT kunjungan ke LBH
3. Geriatri --> problema lansia kunjungan ke Panti Wreda
4. Drug abuse --> kasus narkoba kunjungan ke BNN
5. Palliative care --> kasus penyakit terminal ke RS Pusat Kanker Nasional Dharmais dan rumah pasien

Tebak coba. Saya kemana?
Karna saya suka angka 5, yaudah deh saya ngaku yang Palliative Care
Tapi ini ga sengaja. Dipilihin temen.
Ndelalah waktu liburan saya nonton Patch Adams yang isinya tentang dokter yang ngeliat pasien ga cuma seonggok daging tapi ada hati ada otak ada keluarga dan lingkungannya.

Palliative Care itu perawatan lengkap. Mulai dari fisik, mental spiritual hukum ekonomi untuk pasien-pasien penyakit terminal agar bisa meningkatkan kualitas hidup mereka sampai akhir hayatnya.
Perawatan ini juga berlaku bagi keluarga pasca ditinggal orang yang dicintainya.
Baru tau kan ada perawatan jenis ini? Saya juga.

Kali ini Palliative Care programnya home visit. Jadi kita ke ke Dharmais cuma untuk briefing.
Di RS Dharmais saya ngeliat anak-anak yang kepalanya botak didorong pake kursi roda. Itu satu.
Kita home visit ditemenin sama dokter Palliative Care satu-satunya di Indonesia, dr. Maria
Dari cerita tahun sebelumnya, kaka kelas saya di home visit pertama ketemu pasien dalam keadaan lemah.
Pada kunjungan kedua mereka datang untuk ngelayat. Ya Allah.
Tadinya mau dikasih pasien HIV/AIDS, tapi akhirnya saya dapet pasien kanker ovarium stadium 4 metastasis ke hepar dan paru.
Keadaan ibunya keliatan biasa aja, tapi waktu ditanya skala sakit dari skala 1-10 ibunya bilang 10...
Anaknya ceria dan trampil banget ngerawat ibunya.
Tapi waktu ditanya gimana bisa sampe kaya gini, anaknya curi-curi airmata....

Blok 'different' lainnya adalah KEDOKTERAN KELUARGA
Lagi kisruh BPJS ya?
Lagi-lagi disini dasarnya.

Ohya, konsep dokter keluarga ini unik. Dan saya suka.

Jadi kita dibayar dari seberapa banyak orang yang kita usahakan sehat.
Bukan seberapa banyak orang sakit yang dateng ke kita.

Misalnya gini, pemerintah DKI dalam program KJS-nya minta kita 'menjaga' 3000 orang dalam satu daerah.
Pemerintah sebelumnya udah joinan sama perusahaan asuransi. Mereka ngasih kita duit dalam sebulan untuk pembiayaan kesehatan.
Satu orang tujuh ribu katakanlah.
7000 x 3000 orang = 21.000.000
itu netto gaji kita sebulan --> KALO GA ADA YANG **CILEREN
Tiap orang premi-nya 13.000 (buat obat-obatan aja pake mikir ya jeng)
Dan tiap 1 orang dateng, pergilah 7ribu dari kantong kita

Itulah gimana caranya kita pinter-pinter ngejaga kesehatan mereka dengan penyuluhan, pencegahan. Se-kreatif mungkin, se persuasif mungkin. Yang jelas kontrol teruss sampe itu orang kebal penyakit haha.

Anggepan masyarakat awam, dokter keluarga itu kalo di sinetron-sinetron dokter yang dateng dikala bapak mertua marah marah-darah tinggi trus megangin dada gitu kan?
Sinetron kita emang konyol, men.
Btw dr.Ferdiriva, penulis buku Cado-Cado yang juga selebtwit, tahun ini mau bikin film tentang dunia kedokteran lho..
Tujuannya bagus banget--> meluruskan persepsi orang yang selama ini dibentuk oleh media.
Yang jelas film ini dikemas se-fun mungkin!
*tim suksesnya, mbak?

Dokter keluarga ini dokter umum lulusan S1 yang ikut pelatihan dokter keluarga.
Sasarannya strata pertama pelayanan kesehatan (puskesmas)
Jadi, kalo kamu pilek batuk jangan langsung ke dokter THT ya! Ke saya dulu. Nanti saya liat apa perlu ke dokter RS atau cuman common cold. Jadi lebih efisien dan ekonomis to?

Ini niat awal nulis ga mau cerita kuliah lho, asli.
Mau seputar cuaca dan hawa-hawa homesick gitu.
Tapi yowis lah, mungkin Allah tidak mengijinkan saya galau disini.
Mungkin lain tempat?
Nehii

*ad bonam = harapan baik
**cileren = sakit-sakitan

0 komeng:

Posting Komentar